Aliansi Apple dan Google diperkirakan akan memiliki efek jangka panjang, dalam rangka kompetisi mereka terhadap Microsoft. Apa saja yang dapat terjadi dengan aliansi tersebut? Bagaimana sikap Microsoft? Mari kita analisa bersama.
Pergulatan Microsoft dengan Apple dan Google
Bill Gates, dalam sebuah wawancara, menganalogikan kompetisi antara Microsoft terhadap Apple dan Google pada jaman sekarang adalah sama seperti tahun 80-90an, di mana Microsoft berhadapan dengan Lotus, Novell, dan Wordperfect. Gates sangat yakin, bahwa pada akhirnya, Microsoft akan bisa mengalahkan mereka, sama seperti sewaktu mengalahkan Lotus, Novell, dan Wordperfect.
Walaupun optimisme itu patut dihargai, ada beberapa hal yang pantas menjadi catatan. Pertama, berbeda dengan Lotus, Novell, dan Wordperfect, Apple bukanlah produsen software an sich seperti mereka, namun juga produsen hardware. Apple juga memproduksi sistim operasinya sendiri.
Sementara, Google menyediakan jasa yang jauh berbeda dengan Lotus, Novell, maupun Wordperfect. Aplikasi ataupun toolbox yang dimiliki Google sekarang, seperti Google Maps, Google Earth, ataupun search engine adalah hal-hal yang di zaman itu sama sekali tidak bisa dibayangkan. Keberhasilan aplikasi Google Earth mendeteksi ladang ganja di Swiss, dan membantu kepolisian untuk menangkap yang terlibat, telah menjadikan Google memiliki reputasi harum di kalangan penegak hukum.
Dan poin yang sangat penting, berbeda sekali dengan perusahaan-perusahaan di atas, Apple dan Google terikat dalam suatu aliansi bisnis. Microsoft berhadapan dengan kompetitor yang jauh lebih tangguh dan jauh berbeda dengan apa yang mereka hadapi di masa lalu.
Bagaimana Strategi Microsoft Sejauh Ini?
Dengan mengalahkan Lotus (spreadsheet) dan Wordperfect (word processor), Microsoft telah berhasil menjadikan Microsoft Office sebagai aplikasi office paling dominan di dunia. Dengan mengalahkan Novell, Microsoft berhasil menjadikan Windows server semakin berjaya.
Dalam menghadapi Google, Microsoft telah mempersiapkan layanan Office Live, dalam rangka bersaing dengan Google Docs. Microsoft juga memiliki layanan Hotmail dan Live Messenger, dalam rangka menghadapi Gmail dan Google talk.
Dalam menghadapi Mac OSX milik Apple, Microsoft pun juga sedang mempersiapkan sistim operasi terbaru, yaitu Windows 7. Dengan mendapatkan sekian banyak saran dan masukan, terkait dengan Windows Vista, diharapkan Windows 7 bisa menjadi sistim operasi yang lebih baik.
Berbeda dengan Apple, Microsoft sedang mengeksplorasi pasar sistim operasi untuk riset sains dan informatika hard core. Mereka merilis sistim operasi khusus, yang diberi nama ‘Singularity’, yang dapat diunduh secara gratis. Namun, apakah strategi ini dapat efektif untuk mengalahkan Apple dan Google, itu masih perlu dilihat lagi.
Sejauh ini market creative contents masih dikuasai Apple, dan search engine masih tetap dikuasai Google. Sementara itu, hard core computer scientist masih setia menggunakan Linux dalam pekerjaan mereka sehari-hari.
Namun bukan berarti tidak ada harapan untuk Microsoft. Menurut beberapa pendapat, Microsoft memerlukan suatu terobosan revolusioner, seperti yang mereka lakukan dengan merilis Windows NT dan 95 di masa lalu, supaya bisa bersaing dengan mereka. Jika Windows 7 dapat memuaskan kebutuhan end user, maka Microsoft masih dapat bernafas lega dalam persaingan ini.
Apple dan Google: Dua Raksasa yang Saling Membutuhkan
Steve Jobs mengakui, bahwa dalam beberapa hal, Apple harus bekerja sama dengan perusahaan yang kompeten di bidang tertentu, seperti Google. Akhirnya Jobs mengumumkan, bahwa Erick Schmidt, CEO Google, telah menjadi anggota dewan direktur Apple.
"Seperti halnya Apple, Google juga sangat fokus pada inovasi. Dan kami yakin wawasan dan pengalaman Schmidt mampu memperkuat langkah Apple kedepannya," ujar Jobs.
"Apple merupakan salah satu perusahaan yang paling saya kagumi di dunia. Saya benar-benar ingin bekerja sama dengan Steve Jobs dan dewan direktur Apple lain untuk membantu seluruh hal menakjubkan yang dilakukan Apple," tandas Schmidt.
Hal ini menjadikan kekhawatiran jika Jobs tidak bisa memimpin Apple lagi maka akan ada masalah, menjadi tidak beralasan, sebab pihak Google selalu siap membantu. Berkat asistensi Google, diharapkan suksesi di Apple pasca Jobs menjadi aman dan terkendali.
Pernyataan dari kedua eksekutif tersebut akan meyakinkan market dan end user, bahwa aliansi antara kedua perusahaan tersebut akan menguntungkan. Buah aliansi mereka adalah dengan membundel iPhone 3G dengan Google Maps plus GPS.
Selain itu, Google adalah search engine default dari browser Safari. Baru-baru ini, Google telah mengoptimasi library Google Books mereka, supaya dapat digunakan di iPhone dan iPod Touch. Google juga telah mengembangkan aplikasi voice search untuk iPhone. Layanan Video Youtube adalah bagian dari iPhone. Aliansi tersebut menegakkan kekuatan mereka di pasar gadget. Ke depannya, kita harapkan akan ada yang lebih terobosan inovatif dari mereka.
Bendera Open Source Melalui Apple dan Google
Selama ini Apple dikritik sebagai lebih proprietary daripada Microsoft. Kritik ini disebabkan karena Apple membundel komputer dengan sistim operasinya, dan melarang MacOSX digunakan pada PC secara legal. Apple juga dikritik sebagai hanya pengguna dari software Open Source, tanpa menyumbangkan apa apa kembali.
Walau EULA bundling MacOSX dengan komputer mac tidak akan berubah, aliansi dengan Google dapat memupus skeptisisme, bahwa Apple adalah anti open source (proprietary). Aliansi tersebut, jelas adalah bentuk kerja sama yang setara, mengingat keduanya adalah sama-sama perusahaan besar. Bahkan market capitalization Google dengan Apple hampir sama.
Melihat kesetaraan kapital tersebut, adalah tidak mungkin jika Apple sekadar menggunakan teknologi Google, tanpa memberikan apa-apa kembali. Posisi tawar Google terlalu tinggi.
Google, yang adalah anggota Linux Foundation, dapat memiliki akses terhadap teknologi Apple. Hal ini terbukti dengan komitmen Google dengan mengembangkan aplikasi untuk Mac, iPhone, dan iPod touch. Revenue yang diperoleh Google dalam rangka mengembangkan aplikasi di Mac, dapat disumbangkan kembali ke komunitas Open Source/Linux Foundation.
Sikap ini, jelas jauh berbeda dengan Microsoft, yang menganggap Google adalah kompetitornya. Hal ini akan memperbaiki citra Apple di kalangan praktisi Open Source, terutama di mata anggota Linux Foundation.
Di sisi lain, Google dapat memperluas pangsa pasarnya di platform Mac, selain di market tradisionalnya, Linux, ataupun Windows. Google telah mengembangkan banyak aplikasi untuk Mac, seperti Picassa dan Google Earth, dan sedang mengembangkan browser Chrome.
Dengan menjadi search engine default untuk Mac, maka revenue advertising Google akan semakin bertambah dari Mac user. Hal ini pun akan menguntungkan Apple juga, karena dukungan aplikasi untuk Mac yang semakin luas. (Arli Aditya/detik)
Pergulatan Microsoft dengan Apple dan Google
Bill Gates, dalam sebuah wawancara, menganalogikan kompetisi antara Microsoft terhadap Apple dan Google pada jaman sekarang adalah sama seperti tahun 80-90an, di mana Microsoft berhadapan dengan Lotus, Novell, dan Wordperfect. Gates sangat yakin, bahwa pada akhirnya, Microsoft akan bisa mengalahkan mereka, sama seperti sewaktu mengalahkan Lotus, Novell, dan Wordperfect.
Walaupun optimisme itu patut dihargai, ada beberapa hal yang pantas menjadi catatan. Pertama, berbeda dengan Lotus, Novell, dan Wordperfect, Apple bukanlah produsen software an sich seperti mereka, namun juga produsen hardware. Apple juga memproduksi sistim operasinya sendiri.
Sementara, Google menyediakan jasa yang jauh berbeda dengan Lotus, Novell, maupun Wordperfect. Aplikasi ataupun toolbox yang dimiliki Google sekarang, seperti Google Maps, Google Earth, ataupun search engine adalah hal-hal yang di zaman itu sama sekali tidak bisa dibayangkan. Keberhasilan aplikasi Google Earth mendeteksi ladang ganja di Swiss, dan membantu kepolisian untuk menangkap yang terlibat, telah menjadikan Google memiliki reputasi harum di kalangan penegak hukum.
Dan poin yang sangat penting, berbeda sekali dengan perusahaan-perusahaan di atas, Apple dan Google terikat dalam suatu aliansi bisnis. Microsoft berhadapan dengan kompetitor yang jauh lebih tangguh dan jauh berbeda dengan apa yang mereka hadapi di masa lalu.
Bagaimana Strategi Microsoft Sejauh Ini?
Dengan mengalahkan Lotus (spreadsheet) dan Wordperfect (word processor), Microsoft telah berhasil menjadikan Microsoft Office sebagai aplikasi office paling dominan di dunia. Dengan mengalahkan Novell, Microsoft berhasil menjadikan Windows server semakin berjaya.
Dalam menghadapi Google, Microsoft telah mempersiapkan layanan Office Live, dalam rangka bersaing dengan Google Docs. Microsoft juga memiliki layanan Hotmail dan Live Messenger, dalam rangka menghadapi Gmail dan Google talk.
Dalam menghadapi Mac OSX milik Apple, Microsoft pun juga sedang mempersiapkan sistim operasi terbaru, yaitu Windows 7. Dengan mendapatkan sekian banyak saran dan masukan, terkait dengan Windows Vista, diharapkan Windows 7 bisa menjadi sistim operasi yang lebih baik.
Berbeda dengan Apple, Microsoft sedang mengeksplorasi pasar sistim operasi untuk riset sains dan informatika hard core. Mereka merilis sistim operasi khusus, yang diberi nama ‘Singularity’, yang dapat diunduh secara gratis. Namun, apakah strategi ini dapat efektif untuk mengalahkan Apple dan Google, itu masih perlu dilihat lagi.
Sejauh ini market creative contents masih dikuasai Apple, dan search engine masih tetap dikuasai Google. Sementara itu, hard core computer scientist masih setia menggunakan Linux dalam pekerjaan mereka sehari-hari.
Namun bukan berarti tidak ada harapan untuk Microsoft. Menurut beberapa pendapat, Microsoft memerlukan suatu terobosan revolusioner, seperti yang mereka lakukan dengan merilis Windows NT dan 95 di masa lalu, supaya bisa bersaing dengan mereka. Jika Windows 7 dapat memuaskan kebutuhan end user, maka Microsoft masih dapat bernafas lega dalam persaingan ini.
Apple dan Google: Dua Raksasa yang Saling Membutuhkan
Steve Jobs mengakui, bahwa dalam beberapa hal, Apple harus bekerja sama dengan perusahaan yang kompeten di bidang tertentu, seperti Google. Akhirnya Jobs mengumumkan, bahwa Erick Schmidt, CEO Google, telah menjadi anggota dewan direktur Apple.
"Seperti halnya Apple, Google juga sangat fokus pada inovasi. Dan kami yakin wawasan dan pengalaman Schmidt mampu memperkuat langkah Apple kedepannya," ujar Jobs.
"Apple merupakan salah satu perusahaan yang paling saya kagumi di dunia. Saya benar-benar ingin bekerja sama dengan Steve Jobs dan dewan direktur Apple lain untuk membantu seluruh hal menakjubkan yang dilakukan Apple," tandas Schmidt.
Hal ini menjadikan kekhawatiran jika Jobs tidak bisa memimpin Apple lagi maka akan ada masalah, menjadi tidak beralasan, sebab pihak Google selalu siap membantu. Berkat asistensi Google, diharapkan suksesi di Apple pasca Jobs menjadi aman dan terkendali.
Pernyataan dari kedua eksekutif tersebut akan meyakinkan market dan end user, bahwa aliansi antara kedua perusahaan tersebut akan menguntungkan. Buah aliansi mereka adalah dengan membundel iPhone 3G dengan Google Maps plus GPS.
Selain itu, Google adalah search engine default dari browser Safari. Baru-baru ini, Google telah mengoptimasi library Google Books mereka, supaya dapat digunakan di iPhone dan iPod Touch. Google juga telah mengembangkan aplikasi voice search untuk iPhone. Layanan Video Youtube adalah bagian dari iPhone. Aliansi tersebut menegakkan kekuatan mereka di pasar gadget. Ke depannya, kita harapkan akan ada yang lebih terobosan inovatif dari mereka.
Bendera Open Source Melalui Apple dan Google
Selama ini Apple dikritik sebagai lebih proprietary daripada Microsoft. Kritik ini disebabkan karena Apple membundel komputer dengan sistim operasinya, dan melarang MacOSX digunakan pada PC secara legal. Apple juga dikritik sebagai hanya pengguna dari software Open Source, tanpa menyumbangkan apa apa kembali.
Walau EULA bundling MacOSX dengan komputer mac tidak akan berubah, aliansi dengan Google dapat memupus skeptisisme, bahwa Apple adalah anti open source (proprietary). Aliansi tersebut, jelas adalah bentuk kerja sama yang setara, mengingat keduanya adalah sama-sama perusahaan besar. Bahkan market capitalization Google dengan Apple hampir sama.
Melihat kesetaraan kapital tersebut, adalah tidak mungkin jika Apple sekadar menggunakan teknologi Google, tanpa memberikan apa-apa kembali. Posisi tawar Google terlalu tinggi.
Google, yang adalah anggota Linux Foundation, dapat memiliki akses terhadap teknologi Apple. Hal ini terbukti dengan komitmen Google dengan mengembangkan aplikasi untuk Mac, iPhone, dan iPod touch. Revenue yang diperoleh Google dalam rangka mengembangkan aplikasi di Mac, dapat disumbangkan kembali ke komunitas Open Source/Linux Foundation.
Sikap ini, jelas jauh berbeda dengan Microsoft, yang menganggap Google adalah kompetitornya. Hal ini akan memperbaiki citra Apple di kalangan praktisi Open Source, terutama di mata anggota Linux Foundation.
Di sisi lain, Google dapat memperluas pangsa pasarnya di platform Mac, selain di market tradisionalnya, Linux, ataupun Windows. Google telah mengembangkan banyak aplikasi untuk Mac, seperti Picassa dan Google Earth, dan sedang mengembangkan browser Chrome.
Dengan menjadi search engine default untuk Mac, maka revenue advertising Google akan semakin bertambah dari Mac user. Hal ini pun akan menguntungkan Apple juga, karena dukungan aplikasi untuk Mac yang semakin luas. (Arli Aditya/detik)